16 Februari 2010
Meski tidak memutari keseluruhan benteng (ada tempat lain yang tersembunyi but mommy mengajak cepat saja), beruntung saya dapat beberapa poto seru...^^
Sang bapak guide menjelaskan bla bla bla (panjang lebar dengan penuh semangat dan berapi - api)...
Tapi maaf Pak, saya nggak menangkap beberapa bagian (efek diburu - buru mommy jadi lebih mengutamakan poto dibanding segalanya) :P
Biar perjuangan sang bapak guide menjelaskan tempat ini pada saya tidak sia - sia, saya searching saja ya (kurang lebih seperti yang tertulis di bawah ini)...
Hehehe... :D
Selama di Makassar, saya selalu melihat petunjuk jalan menuju Benteng Rotterdam.
Sampai akhirnya saya minta mommy untuk mengantar ke benteng tersebut.
Hari pertama, rencana sempat tertunda karena langit berubah mendung, gelap, dan hitam.
Keesokan harinya, kami berangkat pagi agar tidak kesorean yang biasanya mulai mendung.
Yup, yup...
Keturutan juga deh saya menginjakkan kaki di tempat bersejarah ini (saya jadi rindu dengan Benteng Vredeburg di Jogja)
Ditemani seorang bapak guide, yuk marrriiiyyy...
Meski tidak memutari keseluruhan benteng (ada tempat lain yang tersembunyi but mommy mengajak cepat saja), beruntung saya dapat beberapa poto seru...^^
Sang bapak guide menjelaskan bla bla bla (panjang lebar dengan penuh semangat dan berapi - api)...
Tapi maaf Pak, saya nggak menangkap beberapa bagian (efek diburu - buru mommy jadi lebih mengutamakan poto dibanding segalanya) :P
Biar perjuangan sang bapak guide menjelaskan tempat ini pada saya tidak sia - sia, saya searching saja ya (kurang lebih seperti yang tertulis di bawah ini)...
Hehehe... :D
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang)
Adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.
Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke - 9 yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' Kallonna.
Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke - 14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan.
Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut.
Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke - 14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan.
Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut.
Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa - Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa - Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam.
Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda.
Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah - rempah di Indonesia bagian timur.
Kerajaan Gowa - Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam.
Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda.
Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah - rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa - Tallo) dan daerah - daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan.
Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
sumber http://id.wikipedia.org/
waaaa.. wisata sejarah, keren-keren ;)
BalasHapuskapan ya bisa menginjakkan kaki di makasar? hehehe..
salam persahabatan ;)
wah ada bawah tanah juga yaa.. apa banyak simbol2 semacam voc disana? terus skr bentengnya masih difungsikan untuk apa?? heu slm knl sblmny ;p
BalasHapusWah..........Dari Makassar yah????
BalasHapusgak ngabarin sebelumnya..........
Padahal banyak banget loh Bloofers di Makassar....Kale ajha bs KopDar... ^_^
Irma Devi Santika :
BalasHapusSalam kenal ^^... Iyah, mumpung kesana jd dipuasin muter2nya... Kalo udah ke Makassar,crita2 yaw.hohoho...
Ardillaabgsandika :
Salam kenal jugaaaaa... :D
Sekarang bentengny buat objek wisata sama kalo sore banyak muda-mudi nongkrong, hehehe...
Latifah Ratih :
Saya bukan dr Makassar mbak, pas liburan ajah maen ksana...
Lam kenal yahhh... ^^v